Minuman kopi atau minuman berbahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas perharinya diseluruh dunia. Apa lagi buat para jomblo. Kopi dan rokok sudah menjadi dua sahabat yang selalu menemani hari-hari mereka.
Dalam hal hubungan kopi dengan sang penikmat. Dihai bagi kedalam 4 kelompok. Para pecinta kopi sejati, sekadar suka, ikut-ikutan dan yang memang tidak menyukai kopi.
Para pecinta kopi sejati, memandang kopi sebagai bagian dari hidupnya. Mereka bukan hanya sekadar menikmati, tetapi juga mengenal beragam aroma dan cita rasa kopi sampai dengan turut mengikuti perkembangan kopi dari masa-kemasa dan bahkan mereka memiliki koleksi tersendiri.
(Simak ini: Pemkab Jayawijaya: Jangan Campur Kopi Wamena untuk Menjaga Cita Rasa)
Mereka yang sekadar suka, tidak seekstrim para pencinta kopi. Tapi, mereka paham perbedaan aroma dan perkembangannya. Antara mereka yang sekadar suka dan yang ikut-ikutan, menurut Dihai perbedaannya terletak pada tiga poin:
- Seberapan sering membeli kopi dengan uang sendiri.
- Seberapa sering mengkonsumsi kopi dan
- Seberapa jauh pengetahuannya tentang kopi.
Ngopi Yuk! merupakan ajakan yang identik dengan orang Indoensia Barat. Kalau di Papua, biasanya ada dua ajakan. Meja kopi ka? atau Kasih naik air sudah! Kalau kedua kalimat ini sudah keluar, kopi akan segerah bertengger di hadapan anda.
Seperti apasih kopi di Indonesia?
Ada dua Varietas kopi yang identik dengan Indonesia, kopi Arabika dan Torabika. Kedua kopi ini tersebar harmpir di seluruh Indonesia. Dari produktivitasnya, ada 5 provinsi penghasil kop terdepan di Indonesia. Provisi Sumatra Selan, Lampaung, Sumatra Utara, Bengkulu, Aceh dan Jawa Timur. Hasil dari itu, mampu membuat kopi menjadi salah satu sumber terdepan pemasukan negara.Tahun 2014 lalu, ekspor kopi di Indonesia menempati urutan kelima eskpor komoditas pertanian dalam negeri. Dalam peringkat global, Indonesia menempati peringkat empat besar (bersifat dinamis pertahunnya), setalah Brazil, Kolumbia dan Vietnam.
Tapi................!!
Peringkat keempat belum mampu membuat Indonesia bernafas lega diajang persaingan kopi Internasional.
Mengapa?
Produksi kopi di Indonesia hanya didominasi oleh kopi Robustas (93%). Sedangkan sekitar 70% penikmat kopi di seluruh dunia adalah Arbaika yang dominan dikonsumsi negara-negara eropa dan Amerika. Hal itu wajar, karena sekitar 66% produksi kopi di dunia merupakan kopi Arabika.
Persoalan utamanya, selain kurangnya perhatian pemerintah terhadap kopi Arabika. Di Indonesia kopi Arabika relatif sulit karena karakteristiknya yang hanya dapat tumbuh dilahan dengan ketinggian 1.000 m diatas permukaan laut. Sementara lahan dataran tinggi di Indonesia, kebanyakan adalah area hutan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kopi.
(Simak juga: Kopi Wamena, Mantap Bro!)
Sedangkan kopi Robusta dianggap lebih tahan penyakit dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan dengan hasil produksi yang cukup memuaskan. Tahun 2014, mengacu pada data Direktorat Jenderal Perkebuna, lebih dari 80% dari luas areal pertanaman kopi Indonesia merupakan jenis kopi Robusta.
Itulah sebabnya, perkembangan dan produktivitas kopi Arabika di Indonesia cenderung lebih lambat.
Kopi Papua
Mengacu pada Dirjen Perkebunan (2012) Papua masuk dalam Lokasi kegiatan intensifikasi kopi dan perluasan kopi Arabika dengan seluas 250 ha di Kabupaten Jayawijaya. Selain itu, dibeberapa daerah Papua dan Papua Barat, kopi mulai ditanam dan diproduksi dengan pasilitas seadanya.Meski Papua tidak sehebat 5 provinsi terdepan penghasil kopi di Indonesia, bukan berarti nama kopi Papua tidak mampu bertengger dikanca global. Kopi Papua yang dikenal hingga kemancanegara adalah Kopi Wamena (Baliem Blue Coffe) dan Amungme Gold Arabica Coffee. Dua nama kopi Papua ini sejak lama dikenal secara global.
Mayoritas wilayah Papua yang gunung-gunung membuat kopi Papua identik dengan varietas kopi Akarabi atau yang dikenal dengan Arabica Specialty Coffee. Kopi Arabika di Papua tumbuh dengan ketinggian 1500-2000 meter di atas permukaan laut. Hal inilah yang membuat kopi Papua unik dan khas.
Apa lagi kalau kopi Arabika. Semakin tinggi tempat penanamannya semakin bagus kualitasnya. Sejauh ini ada dua wilayah penghasil kopi terbaik dan terkenal di Papua, wilayah Meepago dan Lapago.
Jenis-Jenis Kopi Terbaik Papua
Kondisi geografis yang tinggi itu membuat kualitas kopi Arabika Papua terus terjaga. Selain bebas polusi, bebas hama, proses perawatannya pun tidak memerlukan pupuk kimia seperti pestisida dan lain-lain. Sifat alamiah itu membuat kopi Papua menjadi kopi yang wangi dan langkah. Kopi yang tumbuh dengan ketinggian seperti itu, sudah pasti memiliki kandungan antioksidan 10 kali lebih besar dari buah lemon dan kadar keasamannya sangat rendah.1. Kopi Wamena alias Arabika Baliem(Baliem Blue Coffee)
Kopi Wamena merupakan kopi varietas Arabika yang dikenal di dalam dan luar negeri. Kopi ini dapat anda temui di kedai-kedai kopi besar semisal, Anomali Coffee. Tahun 2011 saja, kopi Wamena (Lapago) sudah diekspor 36 Ton ke Amerika. Kopi Wamena biasanya berasal dari kawasan Tolikara, Lani Jaya, Intan Jaya sampai Mamberamo tengah. Kualitas kopi wamena tidak perlu digarukan lagi. Kopi ini sejak lama mendominasi bebera kefe dan hotel di Papua dan bahkan kini sudah mejadi salah satu coffee signature yang dimiliki kedai kopi berkaliber Internasional, Starbucks.
Kopi Wamena (Baliem Blue Coffe). |
Berapa harga kopi Wamena?
Kalau biji kopi kering harganya berkisar antara 80-90 ribu/ 1000 gram. Beda lagi dengan biji kopi Sangrai yang bisa mencapai 180 ribu/1000 gram. Kalau yang sudah dikemas, sobat bisa mendapatkannya di tokoh-tokoh online dengan harga 100-1300 ribu/kemasan.
Oyah kalau sobat ke di Wamena, Lembah Baliem. Harganya relatif murah. Kopi dengan kualitas nomor 1 sobat bisa beli dengan harga 100 ribu/1kg, nomor 2 85 ribu / 1kg , dan nomor 3 50 ribu/ kg.
2. Amungme Gold Arabica Coffee (Kopi Timika)
Kopi ini juga cukup di kenal dalam keterbatasan jumlah produksi. Kata Amungme merujuk pada suku asli pemilik tanah yang dikelola Freeport. Gold merujuk pada logam muliah yang di produksi perusahan ternama Freeport yang juga merupakan sponsor utama koperasi pembuat kopi Amungme Gold Arabica.
Kopi ini kualitasnya sebanging dengan kopi Wamena kerena tumbuh di ketinggian yang hapir setara.
Proses pengolahannya pun tanpa bahan kimia. Aroma dan cita rasa menebar kenikmataian yang menundukan gelisa. Tapi sayangnya, secara kuantitas kopi ini diproduksi secara terbatas dan dijual dengan terbatas pula. Satu hal yang membuat kopi ini unik adalah harga produksi lebih besar dari pada keuntungan.
Bagaimana tidak ?
Proses pengangkutan dari para petani ketempat pengolahan bisa menelan biaya 18 juta. Mereka harus menyewah helikopter milik perusahan PT. Freeport yang biayanya 30 juta/60 menit. Sedangkan mereka harus menempu 30 menit dengan biaya sekitar 18 jutaan. Itupun sekali angkut hanya 1,5 ton dan ukuran 1 tong biasa habis sebelum satu bulan.
Kopi Amungme Timika. |
Kedai kopi ternama, Starbucks pernah melirik kopi Amungme Gold ini untuk membeli dan menjadi pelanggan. Tepi, pihak koperasi menolak tawaran itu. Koperasi ini bukan beorientasi pada mencari keuntungan. Kalau demikian, mungkin sudah di tutup karena bangkrut. Harganya saja sangat murah, 50 ribu/kemasan. Itu kalau di Timika. Kalau sobat beli kopi ini di tokoh online ternama, harganya berkisar antara 130-200 ribu/kemasan.
Koperasi Amungme Gold sampai saat ini belum memproduksi dalam jumlah besar. Pihaknya baru menjual ke masyarakat sekitar serta tamu dan kayawan PT. Freeport Indonesia. Meski begitu, kopi ini sudah cukup dikenal para ekspatriat. Mereka selalu membeli kopi ini dan membawanya ke negara masing-masing.
Kalau dalam negeri, seperti di Papua dan beberapa derah lain di luar Papua sudah mengenal kopi ini dan bahkan menghisasi dapur beberapa kafe dan hotel.
Beberapa jenis kemasan Kopi Papua lainnya adalah:
- Kopi Bubuk Cartenz Papua. Kab. Jayawijaya-Wamena
- Kopi Pogapa Pone Papua. Kab. Intanjaya
- Kopi Bintang Papua. Kab. Pegungan Bintang
- Kopi Cap Kasuari Papua. Kab Nabire
- Kopi P5 Moanemati Papua. Kab. Dogiyai
- Kopi Mehak Fak-fak Merauke, dll.
Copyright ©Dihaimoma "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
0 komentar
Posting Komentar