Minggu, 11 November 2018

17 Tahun, di Mana Aristoteles Masoka?

Yonas Masoka & Frits Ramandey.

Keluarga Nilai Pemerintah dan Komnas HAM Bungkam

Jayapura -- Hari Sabtu (10/11), sudah 17 tahun lamanya keberadaan Aristoteles Masoko sopir almarhum Theys Hiyo Eluay, masih belum jelas. Di mana Aristoteles Masoka berada menjadi pertanyaan yang kerap dilontarkan pihak keluarga, masyarakat Papua dan bahkan masyarakat internasional.

Pasalnya, jika Aristoteles telah dinyatakan meninggal dunia, maka tentu memiliki kubur. Namun kenyataannya, sampai saat ini tak ada kabar terkait dengan keberadaan Aristoteles Masoka hingga saat ini.

Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey mengungkapkan kenapa keberadaan Aristoteles Masoka selalu ditanyakan ? Sebab, dalam kasus tewasnya Theys Hiyo Eluay bersamaan dengan hilangnya Aristoteles dimana saat itu telah ada tersangka yang ditetapkan dan bertanggung jawab atas insiden tewasnya Theys.

“Dimana Aristoteles Masoka ? Hal ini juga yang menjadi pertanyaan Frits Ramandey. Sebab jika membaca seluruh BAP dari oknum anggota TNI yang telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus tewasnya Theys, tersangka menurutnya sempat berinteraksi dengan Aristoteles sejak dari Markas Kopasus yang ada di Hanurata Hamadi hingga di Skyland.

Saat berada di Skyland, berdasarkan BAP menurut Frits, terjadi kontak fisik antara pelaku dengan Aristoteles. Itu artinya, oknum anggota ini mengetahui keberadaan Aristoteles saat itu. “Dari keterangan pelaku ini, Mahkamah Militer semestinya bisa mencari di mana keberadaan Aristoteles kepada para tersangka kasus tewasnya Theys,” tuturnya kepada Cenderawasih Pos.

Dikatakan, agar TNI terbebas dari tuduhan bahwa mereka yang melakukan penghilangan secara paksa kepada Aristoteles Masoka, semestinya Mahkamah Militer Tinggi 3 Surabaya harus bisa membuktikan dengan mencari di mana keberadaan Aristoteles. Hal ini harus dilakukan untuk menjawab kejahatan yang dituduhkan kepada negara melalui satuan Kopasus.

“Sembilan oknum anggota TNI yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tewasnya Theys Eluay bisa diajukan kembali menjadi saksi atas hilangnya Aristoteles. Apalagi mereka ini sudah menjadi masyarakat sipil biasa,” ujarnya.

Dalam kasus ini, posisi Komnas HAM kata Frits mengkategorikannya dalam kasus-kasus penghilangan paksa. Misalnya kasus penembakan misterius dan kasus penghilangan paksa di era orde baru.

Dalam konteks HAM, negara menurutnya bertanggung jawab untuk memulihkan rasa kepercayaan diri mereka. Sebagaimana kata Frits jika membaca empat dokumen salinan putusan yang ada, maka kasus yang menimpa Theys Eluay dan Aritoteles menunjukkan adanya perencanaan untuk melakukan dua hal yakni operasi pembunuhan terhadap Theys Eluay dan operasi penghilangan secara paksa terhadap Aritoteles Masoka.

Dalam kasus hilangnya Aristoteles, Komnas HAM meminta negara harus berkontribusi lebih. Bahkan bila perlu Komnas HAM, Panglima TNI dan Kapolri bersinergi untuk mengungkap di mana keberadaan Aristoteles. Dengan mengungkap keberadaan Aristoteles Masoka, maka dapat memulihkan rasa percaya diri juga sebuah jawaban penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Papua.

Dikatakan, hari Pahlawan yang diperingati setiap tahun pada 10 November di Papua telah cacat. Dimana sebagian orang Papua tak lagi menghormati hari Pahlawan atas jasa-jasa perjuangan para pahlawan terdahulu. Sebab, hari Pahlawan di Papua dianggap sebagai hari penindasan.

“Bagi masyarakat Papua, tanggal 10 November selalu memberi kesan yang buruk. Kenapa demikian, masyarakat masih memiliki trauma atas tewasnya Theys Eluay dan hilangnya Aristoteles,” tegasnya.

Di sisi lain, negara harus bertanggung jawab sehingga tidak menjadikan rasa trauma bagi Kopasus. Dalam posisi kesatriaan, Kopasus menurutnya bisa memulihkan kepercayaan diri mereka. Jika membaca dokumen yang ada kata Frits, operasi saat itu merupakan operasi yang paling gagal. Dimana operasi pembunuhan terhadap Theys dan penghilangan Aristoteles yang menjadi terang benderang hingga adanya gugatan masyarakat Papua terhadap negara melalui operasi militer.

“Solusinya untuk mencari keberadaan Aristoletes saat ini adalah, perlu tim indenpenden bersama agar sama-sama bekerja untuk mendapatkan keberadaan Aristoteles,” tambahnya.

Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dalam kesaksiannya menurut Frits, mengakui pernah berkomunikasi dengan Aristoteles sebelum ia dinyatakan hilang. Namun Nurmantyo tak menjelaskan secara rinci terkait komunikasi itu dilakukan di mana, hanya saja menyebutkan komunikasi di sebelah.

Ditambahkan, jika dalam kasus tewasnya Theys, 9 oknum anggota TNI Angkatan Darat telah diperiksa dan bahkan dilakukan pemecatan, seharusnya kasus hilangnya Aristoteles Masoka bisa dikeahui. “17 tahun, dimana Aristoteles Masoka ? Masyarakat Papua selalu menanyakan kabarnya,” tutup Frits.

Secara terpisah, Yonas Masoka ayah dari Aristoteles Masoka mengatakan bahwa sudah 17 tahun atau sejak 10 November 2001 sampai 10 November 2018 hilangnya Aristoteles Masoka yang waktu itu menjadi sopir pribadinya almahum Theys Eluay.

“Jadi sudah 17 tahun ini khususnya dari pihak pemerintah dan Komnas HAM sudah bungkam soal hilangnya Aristoteles ini,” ujarnya kepada cenderawasih pos, saat ditemui di Kampung Harapan Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Jumat (9/11).

Oleh karena itu, menurut Yonas hilangnya Aristoteles Masoka merupakan kasus atau kejadian yang sangat besar dan merupakan suatu pelanggaran HAM berat yang sampai 17 tahun ini belum diselesaikan atau direalisasi secara baik oleh Komnas HAM dan pemerintah. “Memang kasus ini sudah diangkat oleh Komnas HAM Papua, tetapi banyak kendala yang dihadapi sampai saat ini,” ucapnya.

Yonas menyampaikan peristiwa hilang Aristoteles Masoka dan dibunuhnya Theys Eluay sebagai Ondoafi besar di tanah Papua dan sebagai Ketua Dewan Presidium Papua (DAP) merupakan kasus yang besar. Tetapi sampai saat ini belum dilihat sebagai salah satu kasus yang harus diangkat dan diproses, terutama hilangnya Aristoteles Masoka.

“Jadi sampai hari ini kasusnya dianggap biasa-biasa saja. Saya berharap mungkin ada solusi lain untuk menyelesaikan kasus hilangnya Aristoteles Masoka yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi kami keluarga dan seluruh masyarakat di Papua, bahkan di Indonesia dan di luar negeri,” bebernya.

Sebagai orang tua dari Aristoteles Masoka, dirinya tidak mau menerima kejadian itu menimpa anaknya. Tetapi ada yang melakukan kekerasan terhadap Aristoteles yang waktu itu adalah saksi kunci sehingga bisa saja dihilangkan atau lain sebagainya.

“Jadi saya selaku orang tua, tidak terima semacam itu. Sehingga sampai saat ini saya bisa bilang masih ada, tetapi kenyataannya sampai saat ini belum ada kabar berita soal keberadaan Aristoteles Masoka,” ucapnya.

Dia berharap pemerintah, khususnya pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi saat ini agar bisa serius menangani kasus pelanggaran HAM, khususnya yang menimpa Aristoteles Masoka yang sampai saat ini keberadaannya belum diketahui oleh keluarga dan seluruh masyarakat di Indonesia khususnya di Papua.

“Saya berharap kepada pemerintahan saat ini, terutama di bawah kepemimpinan pak Jokowi selaku Presiden, agar kasus pelanggaran HAM bisa diungkap dan diselesaikan oleh negara,” pungkasnya. (fia/bet/nat)

(Baca ini: Melawan Lupa: Penculikan dan Pembunuhan Terhadap Theys Eluay, 11 November 2001)


Copyright ©Cepos "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

0 komentar

Posting Komentar