Sejumlah truk saat mengangkut BBM dari Bandara Wamena - Foto: Islami. |
“Kenaikan harga BBM jenis bensin bukan terjadi karena adanya kelangkaan di pasaran, tiga APMS yang ada hingga saat ini masih beroperasi dan tetap buka untuk melayani setiap hari,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Perdagangan (Disnakerindag) Kabupaten Jayawijaya, Arisman Chaniago kepada wartawan, Minggu (17/9/2017).
Ia menjelaskan terjadinya kenaikan harga bensin eceran mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu per liter, disebabkan para pengecer mendapatkan pasokan dengan harga tinggi, yakni Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per liter.
Arisman sedang mengawasi para pengecer dan memastikan tidak ada komponen yang menyebabkan harga naik. “Sehinga dalam waktu dekat akan melakukan penertiban terhadap pengecer nakal yang masih menjual bensin diatas Rp 10 ribu,” kata Arisman menambahkan.
Kenaikan dan kelangkaan bensin menimbulkan bahan bangunan jenis semen di Kabupaten Jayawijaya ikut langka. Hal itu disebabkan pasokan kurang lancar sementara permintaan kebutuhan cukup tinggi.
“Menurut para pedagang, pemasok bahan bangunan punya stok yang cukup di Jayapura, namun yang menjadi kendala ialah masalah angkutnya dari Jayapura ke Wamena,” kata Arisman.
Disnakerindag telah berkoordinasi dengan aviasi penerbangan agar dapat memperhatikan ketersediaan stok barang di pasar, lebih khusus dapat memprioritaskan bahan-bahan yang saat ini sedang langka di Pasar. “Tujuannya agar gejolak harga di pasaran Wamena dapat dihindari,” katanya.
Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) Kabupaten Jayawijaya, Fredrik Huby mempertanyakan terjadinya kelangkaan stok semen serta lonjakan harga BBM di Kabupaten Jayawijaya.
Menurut dia, krisis kedua komoditi ekonomi itu bukti Menteri BUMN ke Kabupaten Jayawijaya beberapa waktu lalu tidak membawa perubahan. “Dan belum bisa menjawab kebutuhan semen di wilayah pegunungan dan Kabupaten Jayawijaya,” kata Fredik Huby .
Ia mengaku beberapa pengusaha khususnya dari anggota Gapensi yang ada di Kabupaten Jayawijaya kesulitan mendapatkan bahan semen di pasaran. “Kalau pun ada harga di toko bangunan masih berkisar Rp 650 ribu per sak,” kata Fredik menjelaskan.
Krisis bensin dan semen itu menjadi kendala khususnya kontraktor kecil yang ada di Kabupaten Jayawijaya dan wilayah lainnya di pegunungan.
Menurut dia penetapan satu harga BBM yang dilakukan pemerintah pusat tidak berjalan maksimal, karena untuk satuan eceran per liter jenis Bensin dan solar di Kabupaten Jayawijaya mencapai Rp15 ribu hingga Rp18 ribu.
“Kami mohon agar ada tim yang dikirim Presiden untuk mengecek dan melihat langsung ke Kabupaten Jayawijaya,” katanya.
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
0 komentar
Posting Komentar