Rabu, 30 November 2016

Pererat Solidaritas, Rize of Morning Star Luncurkan Video Musik ‘Sorong-Samarai’

Pererat solidaritas, Rize of Morning Star luncurkan video musik ‘Sorong-Samarai’
Salah satu scene dalam video musik "Sorong Samarai" oleh Aireleke.
Foto: Carlo Santone/Rize of the Morning Star
Jayapura – Agar semakin banyak orang tahu isu-isu Papua sekaligus bertepatan dengan perayaan tahunan berkibarnya Bintang Fajar 1 Desember, Aireleke, artis Melanesia berbasis di Melbourne-Australia, meluncurkan video musik berjudul “Sorong-Samarai”.

Video musik diproduksi oleh label Independen Rize of the Morning Star (ROMS) yang khusus memproduksi musik-musik dan pertunjukan mendukung kebebasan dan kemerdekaan Papua. Hari ini, Rabu (30/11) Sorong to Samarai diluncurkan resmi pertamakalinya oleh website Rolling Stone Australia.

“Kami ingin dengan positif tunjukkan keindahan West Papua dan PNG serta kekuatan kebudayaan dan rakyatnya sehingga komunitas lebih luas dapat terkoneksi secara emosional dengan situasi tersebut, lalu mulai makin berkepentingan terlibat,” ujar Aireleke ketika dikonfirmasi Jubi Rabu (30/11/2016).

Aireleke adalah artis Melanesia berbasis di Melbourne yang masuk nominasi ARIA karena album Weapon of Choice nya di tahun 2012.

Salah satu bait Sorong-Samarai berbunyi “Sorong Samarai, one people (satu rakyat), one soul (satu jiwa), one destiny (satu nasib)”, menurut Ronny Kareni, pendiri ROMS, diambil dari penggalan pidato terkenal Benny Wenda di PBB 20 tahun yang lalu.

“Lagu ini ditulis bersama pejuang Papua Merdeka, Benny Wenda. Liriknya mencerminkan persatuan dan perlawanan ditengah tragedi pecah belah dan penindasan di West Papua,” ujarnya.

Sorong-Samarai dinyanyikan oleh TWIN TRIBE dari Papua New Guinea. Dialun oleh perkusi yang begitu kental dan nada raggae, Sorong Samarai (S2S) adalah seruan untuk ‘Merdeka’.

Sorong yang terletak di Provinsi Papua Barat, dan Samarai kota di tenggara PNG juga mencerminkan persatuan. Garis geografis di kedua lokasi sering digunakan untuk menunjukkan persatuan itu. Secara kultural wilayah ini juga paling beragam, dengan 1000 bahasa dan hutan hujan terbesar ketiga di dunia.


Video klip disutradarai oleh Carlo Santone (Blue King Brown, Nattali Rize, One Rebel Creative), menampilkan racikan musik dan bentang alam Papua yang begitu dinamis dan indah. Tak saja pemandangan namun pesan-pesan keragaman budaya dan pembebasan terasa sangat kental.

Setelah rilis ini, Aireleke rencananya membawa lagu ini ke pemirsa lebih luas pada 24 Februari 2017 melalui rangkaian kolaborasi pertunjukan dari West Papua, PNG dan Australia. Pertunjukan akan didukung oleh pemusik-pemusik urban Port Moresby dan penari tradisional dari pengunungan PNG bersama artis-artis Australia dan West Papua.

“Grrilla Step, Twin Tribe, Paluai Sook Sook, Drum Drum and Rize of the Morning Star, akan ikut. Diramaikan oleh alat musik khas Kepulauan Manus, alunanan nada yang akan bawa anda semua jauh kedalam belantara Papua dan kembali bersama kekuatan Kundu/Tifa melekat membangun identitas Papua,” ujar Aireleke.(*)


Posted by: Zely Ariane
Copyright ©Taloid JUBIHubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

0 komentar

Posting Komentar