Tampak Steven Payokwa di dampingi Darussalam Damir, anggota KPU Mamteng lainnya yang juga tidak lolos seleksi KPU Kota Jayapura. |
Akhirnya Steven Payokwa, Ketua KPUD Mamberamo Tengah dan beberapa rekannya, yang di duga sebagai pelaku penganiayaan sebagaimana terlihat pada video hasil CCTV tersebut, akhirnya mengakui dan memberikan klarifikasi kepada sejumlah awak media di Jakarta, Kamis (6/9/2018) terkait tindakannya itu.
“saat ini masyarakat juga harus tau, bahwa terhadap kejadian di depan KPU RI adalah kejadian spontan sebab kami merasa dirugikan karena tidak diakomodir,” kata Ketua KPU Mamberamo Tengah, Steven Payokwa
“kami mengklafikasi biar masyarakat juga tahu, kejadian di depan kantor KPU RI itu spontan, sebab kami merasa di rugikan karena tidak di akomodir dalam hasil Timsel, saat kejadian itu kami coba menanyakan soal hasil tes dan nilai kami kepada Ketua Timsel, tapi tidak ada transparansi dari Ketua sehingga kami rampas berkasnya dan kami cek ternyata kami dapatkan banyak bukti-bukti”, kata Steven Payokwa, Ketua KPU Mamberamo Tengah di dampingi Darussalam Damir, salah satu komisioner KPU Mamberamo Tengah lainnya yang juga tidak lolos seleksi calon anggota KPU Kota Jayapura.
(Baca ini: Mahasiswa Mamberamo Tengah Pertanyakan Dana Studi Akhir)
Dalam jumpa pers yang dilakukan, Kamis (6/9/2018) di salah satu rumah makan di Jalan Juanda, Jakarta itu, Ketua KPU Mamberamo Tengah menjelaskan kronologis insiden pemukulan yang menurutnya sudah di selesaikan secara damai di Polsek Metro Menteng Jakarta itu.
“yang kami mau hasil penilaian dan kerja Timsel itu di publikasikan, tapi mereka tidak mau bahkan terkesan disembunyikan dan kami susah sekali ketemu ketua Tim Seleksi, karena kami mau komunikasi yang bersangkutan menghindar terus, janjian ketemu di kantor KPU RI, terpaksa kami ambil jalan pintas”, kata Steven Payokwa.
Menurut Ketua KPU Mamberamo Tengah saat itu kebetulan ia bersama beberapa anggota KPU Mamberamo Tengah berada di Kantor KPU RI, karena ingin bertemu dengan Ketua KPU RI.
“saat itu kebetulan beliau muncul tiba-tiba dan akhirnya kami spontan dan rampas, disitulah terjadi perkelahian, kenapa dia mau lari-lari kalau memang tidak ada berkas di dalam tasnya itu, makanya saya rampas yang akhirnya saya temukan bukti-bukti, perolehan nilai dan rekapan hasilnya, tapi nama-nama yang akan diserahkan kepada KPU RI tidak ada, dia hanya bawa dua kabupaten saja”, kata Steven Payokwa lagi.
Dalam jumpa pers kemarin juga Ketua KPU Mamberamo Tengah dan anggota KPU lainnya yang tidak lolos seleksi menunjukkan bukti-bukti hasil seleksi Timsel yang menurutnya merugikan mereka para anggota incumbent KPU Mamberamo Tengah.
“ini adalah bukti riil, kami juga temukan dana tunai dalam tasnya senilai Rp. 46 juta, yang kami duga itu adalah uang sogokan, uang sebanyak itu untuk apa ? SPPD-nya berapa sih ? kami sudah konfirmasi ke Sekretaris KPU Provinsi juga yang mengatakan tidak mungkin sebesar itu”, tegas Steven lagi
Menurut Ketua KPU Mamberamo Tengah, nama – nama yang lolos 10 besar yang di serahkan ke KPU RI sebenarnya tidak pantas di akomodir, karena beberapa diantaranya masih berstatus PNS dan juga ada yang pengurus partai.
“jadi ada 3 PNS yang lolos yang tidak mendapatkan izin atau rekomendasi dari pimpinannya saat mendaftar, juga ada pengurus partai, ini kami di rugikan, makanya kami selama ini mau mempertanyakan itu tapi Ketua Timsel selalu menghindar, dan pas ketemunya di depan kantor KPU RI, maka terjadilah insiden pemukulan itu”, kata Steven Payokwa.
(Baca ini: Mahasiswa Mamteng di Jawa Dikagetkan dengan Kebijakan Bupati)
Darussalam Damir, salah satu anggota KPU Mamberamo Tengah yang juga tidak lolos seleksi anggota KPU Kota Jayapura periode 2018 – 2023 membenarkan pernyataan Ketua KPU Mamberamo Tengah.
“soal kerja Timsel diatur dalam SK Nomor 33 Tentang Tata Cara Seleksi Calon Anggota KPU, Timsel wajib transparan, karena PKPU Nomor 7 yang diubah menjadi PKPU Nomor 5, harus ada transparansi ke publik terhadap nilai, hasil tes CAT saya tinggi, bahkan nilai tes psikologi saya urutan pertama untuk seleksi KPU Kota Jayapura, tapi juga tidak lolos, sedangkan yang nilainya di bawah saya lolos”, kata Darussalam Damir.
Ia mempertanyakan mengapa saat tes wawancara namanya tidak lolos dalam 10 besar, karena menurutnya tidak mungkin tes psikologi berbanding terbalik dengan wawancara, sebab psikologi untuk menentukan karakter manusia yang akan menjabat nantinya.
“kalau dilihat dari rekapan nilai saya 85 sekian mestinya masuk 4 besar, tapi ternyata tidak lolos, sedangkan nilai dibawah saya, 79, 76, 75 di loloskan, saya pernah tanya Ketua Timsel mengapa saya tidak lolos, dia jawab katanya saya pengurus partai politik, karena ada beredar foto saya pake baju PKS, wahh, ….. tidak gilakah, saya ini Komisioner 5 tahun di Mamberamo Tengah loh sampai hari ini”, kata Darussalam Damir dengan nada berang.
Menurutnya terkait penganiayaan terhadap Ketua Timsel, Paskalis Howay yang dilakukan oleh Ketua KPU Mamberamo Tengah dan beberapa rekan lainnya sudah di selesaikan secara damai jadi tidak perlu di persoalkan lagi.
“secara kriminal soal pemukulan itu sudah selesai dan soal etik lebih pantas ditanyakan kepada Ketua Timsel kenapa mereka tidak tranparan, yang terpenting dalam seleksi harus ada kesinambungan, tidak mungkin semua anggota baru, minimal ada incumben dari 10 yang lolos ada 2 atau 3 orang incumben nanti KPU RI yang akan menentukan siapakah yang layak duduk”, kata Darussalam Damir.
Ia menegaskan bahwa bila protes yang mereka ajukan ke KPU RI tidak mendapat respond an tanggapan, pihaknya berencana melakukan gugatan hukum karena merasa dirugikan atas kinerja Timsel yang tidak transparan tersebut.
Paskalis Howay, Ketua Timsel KPU Wilayah I Papua saat di konfirmasi TIFA Online , Kamis (6/9/2018) malam enggan memberikan keterangan lebih lanjut dengan alasan sedang sibuk namun ia membantah semua sangkaan dan tuduhan yang di alamatkan kepada dirinya.
“tidak benar itu, mohon maaf, saya sedang sibuk”, jawab Paskalis Howay melalui pesan singkat menjawab beberapa kali SMS konfirmasi yang di kirimkan TIFA Online terkait tudingan atas kinerja Timsel dan dirinya yang di duga menerima sejumlah uang.
Ketua KPU RI, Arif Budiman saat di konfirmasi TIFA Online , Kamis (6/9/2018) siang di kantor KPU RI di Jakarta mengaku belum menerima secara detail soal penganiayaan yang menimpa Ketua Timsel KPU Wilayah I Papua tersebut.
“saya belum dapat laporan detail, baru sekilas infonya, jadi saya belum pahama betul soal kasus itu, saya masih tunggu laporan, karena teman – teman di bagian lain yang menangani”, kata Arif Budiman kepada TIFA Online di kantor KPU RI, Kamis (6/9/2018) kemarin.
Soal dugaan adanya hasil tes yang sesungguhnya berbeda dengan hasil yang di umumkan oleh Timsel menurtunya dugaan tersebut harus lewat pembuktian terlebih dahulu.
“hasil kerja Timsel sudah di umumkan terbuka ke publik, sekalipun hasil tes bocor ke publik tidak akan mempengaruhi hasil yang sudah di umumkan, kecuali ada permainan dan ada kesalahan itu nanti tinggal dibuktikan saja”, kata Arif Budiman.
Termasuk menurutnya bila ada calon anggota yang merasa nilainya lebih tinggi dari peserta lainnya tetapi tidak di loloskan, maka nanti harus di buktikan saja, kalau benar adanya.
Terkait dugaan adanya 3 calon anggota KPU Mamberamo Tengah yang berstatus PNS dan juga pengurus partai, menurut salah seorang staff di KPU RI bahwasanya PNS boleh mendaftar sepanjang ada surat rekomendasi dari pimpinan, proses seleksi dilakukan bertahap mulai dari tahap pemberkasan administrasi hingga masuk 10 besar.
“setahu saya setiap tahapan itu di umumkan hasilnya, yang tidak lolos langsung di coret, kalau persoalan administrasi soal rekomendasi pimpinan bagi PNS atau surat keterangan tidak pernah jadi pengurus partai, mestinya saat di umumkan nama – nama yang lolos administrasi itu masyarakat atau calon lainnya ajukan keberatan, kalau tidak ada yang keberatan yah, dianggap tidak ada masalah, setahu saya begitu mas tahapannya”, katanya menolak di sebutkan namanya.
(Baca juga: Penyerahan Mobil di Mamteng Dinilai Menyalahi Aturan)
Copyright ©Tifa Online "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
0 komentar
Posting Komentar