Sabtu, 23 September 2017

“Full Freedom”, Pesan Perlawanan Anti Kekerasan Rasial di West Papua dan AS

“Full Freedom”, pesan perlawanan anti kekerasan rasial di West Papua dan AS
Gambar: Ilustrasi klip Full Freedom yang diproduksi oleh Rize of The Morning Star.
Nabire – “Full Freedom” adalah judul sebuah musik video yang diproduseri bersama oleh seniman musik yang tergabung dalam tim Rize of the Morning Star di Australia dan AS.

Video yang baru saja dirilis Senin (18/9) lalu itu dibuat untuk mendramatisasi perjuangan hak azasi manusia yang sedang berlangsung di West Papua, serta memulai dialog solidaritas lintas batas terhadap orang-orang yang mengalami peminggiran di komunitas-komunitas mereka.

Lewat keterangan pers Rize of the Morning Star yang diterima redaksi Selasa (19/9), video tersebut menampilkan penari terkenal dari dua benua. Di Australia penari yang diakui di tingkat internasional asal Torres Strait, Albert David mewakili solidaritas masyarakat asli Australia terhadap West Papua, saat ia kibarkan simbol pembebasan rakyat Papua, bendera Bintang Kejora.

Turut kibarkan bendera Bintang Kejora solidaritas dari AS oleh Baby Tight Eyex, Preston Projecc, KidBeast 88, dan JBeast Carson. Mereka dikenal sebagai Krumpers.

Krump atau krumping adalah sebuah gerakan dalam tari jalanan (street dance) yang dipopulerkan di Amerika Serikat, dicirikan oleh gerakannya yang bebas, ekspresif, serta sangat energik. Krumpers adalah sebutan bagi para penari tersebut. Para anak muda yang memulai krumping ini melihat tari sebagai cara melepaskan diri dari kehidupan gangster sekaligus melepas kemarahan, agresi, frustasi dengan cara-cara positif dan non kekerasan.

Baca berikut ini:
  1. Pererat Solidaritas, Rize of Morning Star Luncurkan Video Musik ‘Sorong-Samarai’
  2. Konser Papua Merdeka tingkat Global Segera Digelar
Krumping pada awalnya digagas dan diciptakan oleh Ceasare “Tight Eyez” Willis dan Jo’Artis “Big Mijo” Ratti di South Sentral, Los Angeles awal tahun 2000-an.

Rilis video musik yang sebetulnya telah dibuat sejak 2012 itu, kini diperbarui lewat mix Krump yang menyertakan kontribusi Tight Eyez, si penggagas Krump itu.

Dia mengatakan: “(pesan) ini memang harus diangkat, harus diketahui bahwa hal-hal ini sedang terjadi,” kata Eyez.

Musik audio diambil dari wawancara yang dia elaborasi terkait Krump sebagai sebuah pergerakan dan bentuk seni, dan dia menekankan perlunya membangkitkan kesadaran mengenai pelanggaran HAM di West Papua.

“Ini pertama kalinya sebuah video solidaritas dari AS dibuat, jadi kami betul-betul ingin menampilkan karya yang menunjukkan ikonik Amerika dan artisnya, lalu menampilkannya bersama-sama dengan kolega Melanesia. Kami ingin mengatakan bahwa faktanya walaupun kita jauh, dunia kita terhubung melalui perjuangan bersama,” ujar Jewell Faamaligi, wakil tim Rize di AS.

Jewell juga menambahkan video itu mengandung pesan bahwa ketidakadilan bisa terjadi dimanapun di dunia ini, dan kita merasakannya dan ikut peduli, karena itu juga menjadi peringatan menyedihkan bagi kita atas betapa rentannya hidup orang-orang kulit berwarna.”
“Full Freedom”, Pesan Perlawanan Anti Kekerasan Rasial di West Papua dan AS
Airileke, salah seorang produser menjelaskan film klip dalam video ini juga diberi nama merujuk pada Trayvon Martin, seorang remaja 17 tahun tak bersenjata yang ditembak mati polisi dalam perjalanannya ke rumah pulang dari toko. Meski tak adil, penembakan itu dinyatakan “sah” oleh juri pengadilan Florida, AS.

“Remix dan video ini adalah respon atas situasi di AS dan West Papua, dimana brutalitas polisi terjadi tanpa hukuman. Di masa sekarang kita bisa rasakan sedikit Kebebasan, namun kita masih mencari Kebebasan Sepenuhnya (“Full Freedom”),” ujarnya.

Terkait pilihan jenis musik hip hop, Airileke menjelaskan bahwa Hip hop selalu mengandung semangat melawan penindasan. “Yang saya suka dari Krump adalah perlawanan mereka lewat musik dan tari. Ini bukan soal si Rappernya. (Musik) ini lebih kolektif ketimbang itu, lebih tribal, semangat dalam Krump adalah sesuatu yang dapat mengena pada penduduk Pasifik,” kata dia.

Lagu ‘Full Freedom’ juga menyertakan petikan pidato Beny Wenda, pejuang eksil Papua Merdeka dan juru bicara ULMWP, dihadapan PBB 20 tahun lalu.

Lewat musik video ini Rize of the Morning Star hendak menunjukkan pada rakyat Papua bahwa suara mereka sedang didengar di bagian lain Samudera Pasifik. “Ini adalah pesan dari jalanan, untuk jalanan… inilah jembatan yang kita bangun bagi pesan-pesan rakyat West Papua di jalan-jalan di Moresby ke jalan-jalan di Los Angeles,” tegas Airileke.

Tahun lalu Airileke dan Rize of the Morning Star juga memroduksi video klip Sorong to Samarai, sebagai bagian dari gerakan kampanye mereka mendukung pembebasan Papua.

Saksikan video musik ‘Full Freedom’ di sini, dan silahkan mengunduhnya di sini.(*)

Posted by: Zely Ariane
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

0 komentar

Posting Komentar