Benny Wenda tentang kerusuhan yang terjadi di Papua. Dirinya meminta Perdana Menteri Australia mengutuk tindakan keras Indonesia. (SBS News) |
Jayapura - Ketua Eksekutif United Liberation Movement For Wets Papua (ULMWP) Benny Wenda menegasakan Perjuangan Papua untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesis, (NKRI) ialah dengan jalan damai tanpa anarkis dan kekerasan.
Untuk itu, Benny menilai jika terjadi anarkis pada demostrasitrasi di Kota Jayapura (29/8) lalu adalah skenario Negara Indonesia untuk mengacaukan perjuanganya yang selama ini damai.
Wenda menegaskan tuntutan rakyat Papua adalah referendum dengan perjuangan secara damai maka yang menciptakan melisi barisan nusantara dan barisan merah putih merupakan bentukan Indonesia sendiri untuk bentrok dengan orang Papua.
“Jakarta tidak bisa menuduh saya sebagai aktor di belakang, apa yang terjadi di Papua dan Surabaya Jakarta dan lainya, itu spotannitas karena Indonesia menuduh dan mengkategorikam Bangsa Papua sebagai bangasa Monyet, anjing dan binatang lainya, dan meminta orang Papua harus pulang ke Papua. Ini yang membuat Orang Papua secara secara spontan turun ke jalan,” jelas Benny.
Dirinya menilai, rakyat Papua ingin keluar secara damai dan Indonesia tidak menginginkan hal ini, karena cara secara damai sampai saat ini telah sudah banyak mendapat simpati dunia, maka dirinya menilain Indonesia membuat skenario untuk melakukan tindakan anarkis yang memihak ke Indonesia dan menyalahkan orang Papua.
” Contohnya pada demo yang dilakukan hari pertama berlangsung damai dan aman dan gubernur juga hadir, tapi pada demo kedua kejadian anarkis karena Indonesia tahu reputasi Indonesia di dunia internasional sudah hancur sehingga mereka harus buat skenario – skenario sehingga perjuangan bangsa Papua secara damai mereka berusaha mengacaukan dengan dikategori separatis, anarkis dan pengacau,” katanya.
(Baca ini: Wiranto adalah Dakwaan PBB atas Kejahatannya di Timor Leste)
Kata Wenda yang berdomisili di ingris itu, bahwa Badan Kesekutif Mahasiswa (BEM) bersama rakyat Papua pada rombongan pertama selalu berjalan aman, rombongan kedua juga aman, tetapi rombongan pendemo ketiga dan keempat berlangsung brutal. ini ada apa?.
“Semua berkumpul di Kantor Gubernur aman tapi ada kelompok nusantara dan barisan merah putih mengurung pendemo sehingga mereka tidak bisa pulang, maka aksi anarkis ini di belakanganya ada aktornya itu siapa, karena pendemo juga disusupi dan masyarakat nusantaea juga disusupi, jadi aktor sebenarnya adalah Wiranto dan TNI, karena orang Papua tidak perna musuh dangan pendatang di Papua bahkan ada perang suku pun orang Papua tidak perna berperang melawan mereka” paparnya.
Sebagaimana diberitakan dalam berbagai media, Menkopolhukam Wiranto menuding Benny Wenda sebagai actor intelektual atau dalang dari kerusuhan di Papua. Hal itu disampaikan Wiranto dalam jumpa pers Kantor Menkopolhukam di Jakarta, Senin (2/9).
Dikatakan, tuntutun ULMWP itu perjuangan damai karena sebelum Indonesia datang, Papua sudah berada dalam keadaan damai, Tapi sejak Indonesia datang tahun 1963 mulai dilakukan operasi Trikora disitulah mulai kekuatan militer sampai saat ini karena 5000 masyarakat Papua di bunuh ” ujar Wenda mengenang Pelangran HAM yang hingga kini tidak ada penegakan hukum.
(Baca juga, ini: Papua Nugini Mendesak Kunjungan PBB ke West Papua)
Ia menegaskan Indonesia tidak bisa bergerak dengan cara lama seperti ini karena di era teknologi dan mata dunia yang semakin bersimpati bersama Papua, maka berilah kebebasam kepada masyarakat Papua
“Saya tetap siap berdiri secara damai untuk papua, sehingga indonesia tidak perlu ragu lagi untuk kembalikan hak kedaulatan bangsa Papua dan menetukan nasip sendiri supayah indonesia akan kerja sama bersebelahan, dan saya sampaikan bahwa selama ini rakayat papua hidup aman dengan pendatang maka yang mengacaukan adalah Indonedia sendiri, tapi secara politik saya bertangung jawab untuk pengambil alihan Papua barat maka segala tuduan itu tidak benar kami berjuang secara damai,” katanya. (oel/luc).
(Baca ini: ULMWP: Bersatu, Bergerak Melawan Rasisme dan Diskriminasi)
Copyright ©Cenderawasih Pos "sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com
0 komentar
Posting Komentar