Jumat, 28 April 2017

Perkembangan Situasi HAM Papua di Era Globalisasi


Gambar. Foto bersama dengan Bapa Filep Karma



Pada tanggal 27 April 2017. Pak Filep Karma diundang dalam suatu wadah Organisasi kemahasiswaan di Kampus UKI Jakata yaitu IMACE (Ikatan Mahasiswa Cenderawasih), untuk menjadi pemateri Tunggal  dengan tema : “Perkembangan Situasi HAM Papua di Erah Globalisasi...”

Pak Filep merupakan seorang aktor/ otak dari kejadian Biak Berdarah, yang telah memakan banyak korban jiwa. Ada banyak pelajaran yang dibagikan olehnya, mulai dari Tak-tik, dan solusi-solusi teknis dalam perjuangan dan dalam menghadapi traumatis akibat dari Pembunuhan semena-mena yang dilakukan oleh TNI/POLRI.

Gambar. Saat buka Diskusi
Ia mengatakan, “Berjuang tanpa harus tumpah darah. Pada saat saya di dalam penjarah sebagai tahan politik selama 11 tahun saya ditawarka Grasi, Amnesti tetapi saya berfikir kalau terimah Grasi, amnesti, berarti saya menyatakan kalau apa yang sudah saya perbuat adalah salah. Mengenai pelanggarang HAM tidak ada perubahan dari dulu sampai sekarang, dalam kasus pelanggarang HAM yang di Lakukan oleh Indonesia,  Indonesia memperlakukan Rasis kepada Rakyat Papua, dan setidaknya rakyat Papua dalam perjuangan jangan melihat dari Gunung, Pante, karena kita satu, Papua. Hal ini adalah Tamparan paling besar dan ini merupakan Indikator pemecah belah dalam Perjuangan Papua Merdeka...” Imbuhnya.

“Cita-cita saya dari sejak saya duduk di bangku sekolah adalah membebaskan rakyat Papua dari Penjajahan Indonesia, yang mestinya kita berbenah diri dalam perjuangan hilangkan rasa takut, dan  perjuang harus relah berkorban dan tetap pada komitmen hidup yang tinggi. Mengenai wartawan Papua tidak dianggap walau menunjukan kartu Pers walau dalam kunjungannya Joko Widodo di Merauke tahun 2016 lalu ia mengatakan bahwa Papua bebas Jurnalis Asing Masuk, namun dibantah oleh Panglia TNI dan MENKOPOLHUKAM...”

Gambar. Tampak Pak Karma sedang membagikan Materi.
“Dalam perjuangan Papua merdeka, pegang Yesus beru berjuang. Seandainya Indonesia memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Papua, dengan syarat Filep dibunuh, saya relah beri diri saya, asal Papua Merdeka.  Iring perjuangan Papua Merdeka bagi bermain Catur, dan sepanjang kita benar pertahankan, dan jangan kalah gertak. Supaya kita ketahui bahwa, Dana OTSUS pada 2001 itu dana tidak dicairkan, tetapi dicairkan tahun 2002.  Diskriminasi yang dilakukan oleh TNI/POLRI di poles lebih halus di beberapa kota di Papua tetapi hampir dari keseluruhan daerah Pegunungan Papua diskriminasi berlaku secara Fulgar...”

Diskusi yang durasinya 4 Jam itu berjalan secara kondusif, dan peserta diskusi yang hadir juga aktif dalam memberikan Pertanyaan kepada Bapak Filep Karma. Ditambahnya “Menurut saya akar dari Korupsi yang ada di Papua adalah dana APBN, APBD, dan Otsus ini digabungkan maka terciptalah celah Korupsi besar-besaran. Saya menangis melihat gadis-gadis Papua yang di manfaatkan oleh Pejabat-Pejabat Papua sebagai penghibur. ..”.

Usai Mareri dilanjutkan dengan Sesi tanya-jawab, dan ditutup.

Posted by: Gideon M. Adii
Copyright ©........ "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

0 komentar

Posting Komentar