Suami Idaman Penebar Kebahagiaan – Bag. 1
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung tali silaturahmi. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi.” [1]
Anjuran Nabi ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perempuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. Ia mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan mengarahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maa’idah:2)
Aku Suka Berhias Untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandanannya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.
Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al. Baqarah:228)
Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” [2]
Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya.” [3]
Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawutdan acak-acakan kepada Amirul Mu’minin ‘Umar. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu’minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu’minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah ‘Umar, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan Yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari bepergian karena kepentingan lain.
Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah berfirman:
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An Nuur:61)
Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” [4]
Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sesungguhnya menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah bagi mereka berdua. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkann Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah” [5]
Ketiga, menunjukkan sikap manis dan berwajah berseri.
Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam daripada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar. Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukkan kepada saudaramu ketika bertemu.” [6]
Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
[Cerkiis.blogspot.com, sumber: jilbab.or.id, Disadur dari buku Surat Terbuka untuk Para Suami oleh Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, Cetakan Ketiga 2011.]
Catatan kaki:
1 Muttafaqun ‘alaihi
2 Hadits riwayat Muslim
3 Hadits riwayat Muslim, dari ‘Aisyah
4 Hadits riwayat Muslim
5 Hadits riwayat Abu Dawud (5214) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
[6] Hadits riwayat Muslim
0 komentar
Posting Komentar