[portalpiyungan.com] Setelah Ahok melakukan blunder parah terkait video berisi dugaan penghinaan terhadap ayat suci Quran yang kini kasusnya sedang diproses oleh kepolisian, kini beberapa politisi dari kubu Koalisi PDI P mengeluarkan pernyataan yang bernada membela Ahok.
Tak tanggung-tanggung, Megawati sebagai tokoh yang dituakan, turut cawe-cawe membela Ahok. Sayangnya, alih-alih menentramkan suasana, Megawati justru membuat blunder baru dengan menyebut bahwa gaya bahasa Ahok memang menjadi ciri khas orang Bangka.
"Ahok kalau mulutnya tidak begitu ya dia bukan orang Bangka," ucap Megawati di Blitar, Senin 10 Oktober 2016.
Apakah Megawati ingin menegaskan bahwa ucapan kasar dan serampangan harus dimaklumi mengingat hal itu menjadi ciri khas etnis tertentu?
Sepertinya demikian. Karena Megawati masih melanjutkan kalimatnya.
"Jadi kenapa dimasukkan ke sentimen-sentimen emosional yang negatif?", tanya Megawati.
Megawati ingin melakukan simplifikasi. Seolah ucapan Ahok yang keras, kasar dan "ceplas ceplos" adalah bagian dari budaya Bangka.
Apakah Megawati lupa, republik ini memiliki seorang politisi bernama Yusril Ihza Mahendra yang berdarah Bangka Belitung namun dikenal santun, tenang dan bertutur halus?
Melakukan generalisasi, bahwa orang Bangka pasti bertutur seperti Ahok, sebagai sebuah permakluman atas ucapan dan tindakan Ahok, malah menjadi blunder kedua yang fatal.
Blunder Megawati ini menjadi catatan bagi seorang netizen asal Malang.
"Bu Megawati ini antik. Saat ribut soal surah al-Maidah 51 dia diam. Giliran Ahok sdh minta maaf dan mulai reda baru ngomong ini itu," tulis @haidary__.
0 komentar
Posting Komentar